Ada Pemakaman Keren Tersembunyi di Ancol, Lho!
![]() |
Erevald | Warta Kota |
Dulu waktu kecil, ekspektasi jalan-jalan ke Ancol adalah naik wahana permanian seru semacam Bianglala dan Roller Coaster, lalu main pantai dan naik bianglala, karena itu yang sering digambarkan di buku-buku yang saya baca. Tapi karena tinggal di kampung, ke Ancol cuma keinginan saja, tapi enggak pernah tercapai.
Sampai suatu ketika saat tinggal di Jakarta menyempatkan untuk datang ke Ancol, seperti keinginan sebelumnya, bermain bermacam-macam wahana di Dufan, Berenang di pantai dan juga Atlantis, Melihat hal-hal yang seru di Samudera dan Sea World. Yah, saya melakukan selayaknya seperti orang-orang lain datang ke Ancol. Tapi ada satu hal yang belum saya ketahui, dan mungkin wisatawan lain juga, bahkan orang Jakarta lainnya mengenai tempat di Ancol, yakni Erevald, sebuah pemakaman keren tersembunyi di sudut Taman main terbesar di Indonesia.
Ini saya ketahui ketika ada undangan untuk meliput persiapan liburan lebaran pertengahan tahun ini. Karena temanya heritage, maka Erevelad adalah salah satu yang dipilih. Jika mau tahu lebih jauh soal Erevald, yuk simak tulisan saya yang dimuat di Koran Warta Kota edisi 16 Juni 2017. Untuk berita onlinenya, link ada dibawah ya.
****
Ancol Taman Impian mengukuhkan diri sebagai tempat rekreasi berbasis edukasi. Di wahana seluas 552 hektar ini pengunjung bisa berlibur, menyantap kuliner hingga belajar.
Atraksi wisata seperti Dunia Fantasi, SeaWorld, dan Pantai Karnaval mungkin sudah lebih dahulu tersohor, namun banyak penggila wisata yang belum tahu jika di tempat ini ada lokasi lain yang patut di kunjungi, salah satunya adalah Taman Pemakaman Belanda yang bisa jadi tempat wisata sejarah.
Terletak di sisi timur kawasan Ancol, atau tepat di samping Pantai Bende dan Ancol Beach City Mall, Taman Pemakaman Ereveld Ancol menjadi saksi sejarah perkembangan lokasi wisata terbesar di Jakarta itu sejak didirikan pada 1966 hingga saat ini.
Ereveld Ancol lebih dulu diresmikan pada 14 September 1946.
Dalam bahasa Belanda, Ereveld berarti Ladang Kehormatan. Di makam yang dikelola oleh Oorlogs Graven Stichting (OGS) Indonesia ini disemayamkan 2.000 makam mayoritas Warga Belanda Korban Perang.
Meskipun dibuka untuk umum, pintu gerbang Ereveld selalu tertutup.
Untuk bisa masuk ke dalam, pengunjung harus membunyikan lonceng yang menggantung di sisi kanan gerbang.
Penjaga atau perawat area makam nanti akan membukakan pagar untuk pengunjung seraya menyambut dengan ramah.
“Boleh masuk, foto-foto juga, asal jangan foto close up makam, ya,” pesan seorang pria penjaga yang menyambut Warta Kota.
Saat ditanya mengapa tidak boleh foto close up, dia tidak mengetahui alasannya, menurutnya ini sudah menjadi aturan dari pihak pengelola.Suasana tenang dan asri akan terasa saat pertama kaki kita menginjakan kaki di Ereveld.
Di sisi kiri setelah gerbang masuk, terdapat tanggul untuk menahan air laut masuk ke dalam area makam.
Dari informasi yang ditulis di papan, tanggul dibangun pada 2007 setelah Ereveld sering kebanjiran air laut (rob) beberapa kali dalam setahun.
Taman Pemakaman Ereveld Ancol berbentuk persegi panjang, areanya dibelah menjadi dua bagian oleh sebuah jalan setapak yang menuju ke monumen.
Menurut Pengawas Makam Ereveld, Dicky, monumen ini menjadi cikal bakal dibangunnya Ereveld, sebelumnya monumen ini dibangun oleh tentara Jepang sebagai penanda adanya kuburan massal warga negara Belanda.
“Ereveld menjadi pemakaman pertama yang didirikan oleh Dinas Pemakaman Tentara Belanda, selain di sini dibangun juga di tempat lain, seperti di Menteng Pulo, Leuwigajah, Cimahi dan Surabaya,” kata Dicky kepada Warta Kota, Selasa (13/6).
Di sebelah kanan monumen tampak sebuah pohon tua yang disebut pohon surga (Ailanthus Excelsia).
Menurut keterangan, dahulu banyak tawanan yang dieksekusi oleh Tentara Jepang di bawah pohon ini. Kini di pohon yang diawetkan itu dipasang sebuah papan yang bertuliskan puisi karya Laurence Benyon berjudul “For the Fallen”.
Tidak seperti pemakaman umumnya di Indonesia, tidak ada gundukan tanah di makam Ereveld. Sebagai penanda jika itu makam, ditancapkan nisan berupa salib untuk korban beragama Kristen, kubah masjid bagi muslim dan salib dengan kotak segi lima untuk jasad korban yang tidak dikenal dan disatukan dalam satu liang.
Sekitar 1.456 nisan berwarna putih berjajar rapih di hamparan rumput berwarna hijau, tidak ada kesan mistis saat berada di sini, yang ada pandangan kita akan dimanjakan oleh penataan makam yang moderen.
Dicky menerangkan, semua korban yang dimakamkan di sini, dieksekusi mati oleh tentara Jepang saat menduduki Indonesia pada periode 1942-1945.
“Korban bukan hanya yang dieksekusi di pesisir Ancol saja, tapi juga pindahan dari Banjarmasin, Makassar, Pontianak dan Mandor (Kalimantan Barat),” kata dia.
Satu di antara “penghuni” makam Ereveld Ancol adalah Dr Achmad Mochtar, Warga Negara Indonesia yang merupakan salah satu Pendiri Lembaga Eijkman.
Mochtar dieksekusi oleh Jepang setelah dituduh menewaskan tawanan romusha dengan suntik vaksin tetanus.
Makam muchtar tidak tunggal, namun disatukan dengan dalam makam massal dan tertulis nama Prof Dr A Mochtar di nisannya.
Di Indonesia total ada sekitar 25.000 korban perang Hindia Belanda, baik militer maupun warga sipil.
Sebelumnya para korban dimakamkan di 22 makam kehormatan Belanda yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia yang dibangun antara Tahun 1946 dan 1950 oleh Dinas Pemakaman Tentara Milik Belanda.
Atas permohonan Presiden Soekarno, setelah penyerahan kedaulatan pada 1960-an, seluruh makam dikumpulkan di Pulau Jawa saja dan Ereveld menjadi salah satunya. (Acep)
****
Ini versi onlinenya di Warta Kota Edisi 16 Juni 2017.
Comments
Post a Comment