Kaget dengan Perubahan Wajah Ferry Merak-Bakauheni, Dulu Kumuh Sekarang Mewah Bak Kapal Pesiar



Jika ada hobi yang anti mainstream di dunia ini, mungkin hobi yang saya miliki bisa masuk di dalam list. Saya hobi naik kapal laut, lalu turun dan balik lagi naik kapal yang berbeda. Terdengar cukup aneh, setidaknya di mata teman-teman saya. Mereka kerap bertanya, apa tujuannya? saya cuma jawab, buat senang-senang saja, sih.

Beruntung saya tinggal di bagian barat Pulau Jawa yang punya akses gampang untuk menyalurkan hobi ini. Maka jika ada waktu luang, setidaknya paling minim dua bulan sekali, saya bergegas ke Merak dan membeli selembar tiket (sekarang kartu) untuk naik kapal. Perjalanan dua setengah jam menjadi saat yang paling menyenangkan. Duduk di lorong di antara dek sambil memandang laut lepas. Indahnya.

Kebiasaan ini sudah saya lakukan sejak 2010 silam, semenjak mengais rejeki di Jakarta. Sadar tinggal di Jakarta begitu penat, jalan satu-satunya untuk mencari hiburan, adalah liburan, tapi apa daya, duit saya saat itu belum banyak (sekarang juga sih) jadi pilihan murahnya adalah kereta-keretaan ke Bogor atau naik kapal laut ke Bakauheni. Tidak terasa, kebiasaan tersebut berlanjut menjadi hobi, dan terus saya lakukan hingga tahun 2017. 

Tapi, awal 2017 saya mendapat kesempatan untuk tinggal di Kota Sibolga, Sumatera Utara. Otomatis hobi naik kapal laut saya liburkan, di Sibolga sebetulnya ada rute ke Nias, namun selama satu tahun di sana saya belum punya kesempatan untuk menjajalnya. Dan, hasrat untuk naik kapal laut juga sedikit meluntur.

Menjelang magrib minggu lalu, setelah beberapa bulan kembali ke Jawa, muncul rasa kangen untuk nostalgia menjajal rute Merak - Bakauheni setelah satu tahun lebih tidak mencobanya. Saya juga penasaran melihat rupa Jalan Tol Trans Sumatera yang konon mulai beroperasi. Tidak pakai pikir panjang, saya lalu bergegas ke stasiun Rangkasbitung, naik kereta paling terkahir tujuan Merak. 

Stasiun Merak sebetulnya terintegrasi dengan Pelabuhan Bakauheni melalui tangga penyebrangan menuju dermaga. Di tangga ini juga tersedia loket untuk menyebrang. Jadi tidak perlu keluar stasiun. Tapi, saya memilih untuk keluar dari Stasiun dan naik kapal lewat pintu utama Pelabuhan Merak. Lagipula masih terlalu sore untuk naik kapal, lantaran kebiasaan saya dulu selalu naik minimal pukul 02.00 dini hari dengan harapan menjala sunrise di tengah laut. Dan saya berniat mengulang hal tersebut.

"Waduh nunggu di mana nih?" batin saya saat memasuki area depan Pelabuhan Merak. Tapi, pertanyaan selintas tersebut seolah digubris saja oleh saya sendiri. Sementara kaki saya terus melangkah ke arah loket dan membeli satu tiket. 

"Mohon KTP-nya Mas," Pinta petugas loket. For Your Info, saat ini naik kapal laut, penumpang wajib melampirkan kartu identitas seperti KTP/SIM/Paspor. Kalau enggak punya, jangan harap bisa ikut nyebrang. Petugas berkerudung tersebut kemudian menyscan e-KTP saya. "15 ribu rupiah," kata dia.

Selembar kartu elektronik saya dapat beserta kuitansi pembelian. Saya bergegas untuk menuju ke dermaga. Tapi sebelum ke gate masuk, langkah saya terhenti di ruang tunggu. Takjub seketika, seumur-umur bulak-balik Merak-Bakauheni, baru kali ini saya nemu ruang tunggu begitu keren dan dingin karena pendingin ruangan.

Ruang Tunggu Keberangkatan Pelabuhan Merak. | Dok Pribadi

Masih ruang tunggu | Dok. pribadi

Karena hal ini saya putuskan untuk menunggu sejenak sambil menikmati ruang tunggu. Sedikit gambaran, ruangan ini didesain modern dan nyaman, dekorasinya bertema tropis dengan hiasan papan selancar dan replika pohon kelapa. Tersedia pula rak dyang berisi majalah dan koran gratis, tempat cas gratis di beberapa sudut dan snack corner! iya beneran snack corner, sepertinya gratis juga, tapi saat itu snack cornernya kosong, mungkin karena teralu malam *positif thinking*.

Area Bermain di Ruang Tunggu | Dok. Pribadi

Dan yang paling bikin pangling, di sudut lain ada area khusus untuk bermain anak-anak, lengkap dengan perosotan, kuda-kudaan dan pagar pembatas. Ah nikmat sekali menunggu di sini, apalagi orang tua yang bawa anak, bisa santai sambil ngecas hape sementara anaknya gembira main di area bermain. Mungkin begitu tujuannya, benar enggak pak buk ASDP? hehehe

Gate Elektronik | Dok. Pribadi

Tidak terasa dua jam saya menunggu di sini karena ruangannya adem. Tepat jam 12 malam saya naik ke dermaga dua, tapi sebelumnya, tiket yang tadi di tap dulu di gate elektronik dan diserahkan ke petugas yang menunggu di dermaga dekat kapal.

Kapal yang akan membawa saya nyebrang ke Bakauheni | Dok. Pribadi

'Musthika Kencana' begitu nama yang tertulis di lambung kapal. terdengar asing bagi saya, karena biasanya naik kapal yang namanya lebih familiar seperti Jemla, Portlink, Jatra, Sebuku atau Manggala. 

Malam itu penumpang cukup ramai, saat masuk ke kapal mereka berpencar ke beberapa arah, ke kiri, kanan, atas atau langsung masuk ke dalam ruangan. Bagi penumpang setia Ferry rute Merak-Bakauheni maupun sebaliknya pasti sudah paham jika ruang-ruang di dalam kapal dibagi jadi dua kasta, ekonomi dan Ber-AC. Ruangan ekonomi biasanya panas, pengap dan bising suara musik dangdut yang luar biasa tidak tahu aturan, sementara ruangan Ber-AC, sesuai namanya dingin, tertutup, nyaman dan senyap. Cocok untuk istirahat, tapi tidak gratis, harus bayar Rp10.000 - Rp25.000 tergantung kebijakan kapal.

Kejutan.. kejutan!! ruang di kapal begitu mewah dan gratis | Dok. Pribadi

Tapi, sepertinya di kapal ini kasta tersebut tidak berlaku, bahkan seorang petugas berseragam dengan ramah menawari semua penumpang untuk beristirahat di ruangan secara cuma-cuma alias GRATIS. Saya tentu tidak melewatkan tawaran tersebut, dan langsung masuk ke ruangan yang dimaksud.

Ada Layar LCDnya! | Dok. Pribadi

Benar-benar sebuah kejutan baru, begitu masuk ke ruangan, hawa dingin langsung menyergap, ruangannya cukup besar dan bersih. Kursi-kursi busa nan empuk berjejer rapi bersiap diduduki para penumpang yang lelah. Ruangan ini juga dilengkapi dengan sejumlah layar LCD yang menggantung di atas kursi yang berfungsi memutar video kampanye keselamatan dan film sepanjang perjalanan, jadi dadah jauh-jauh musik dangdut pemecah gendang telinga!

Hobi saya ketika naik kapal adalah keliling setiap sudut kapal, satu persatu ruangan saya masuki. Pun demikian saat perjalanan kali ini, mengikuti kebiasaan sekaligus rasa penasaran akan kapal ferry yang 'tidak biasa' ini. 

Koridor timur kapal | Dok. Pribadi

Foodhall | Dok. Pribadi

Standar resto | Dok. Pribadi

Kapal Musthika Kencana ini terdiri 4 dek, ruangan yang saya jabarkan di atas berada di dek 2, dek satu merupakan basement atau parkir bus dan truk, dek dua ruangan ber-AC utama dan parkir mobil pribadi dan motor. Sementara dek tiga berupa dek penumpang dan foodhall. Foodhallnya juga cukup nyaman untuk bersantai, karena berupa restoran dengan sejumlah kursi dan meja standar resto dengan menu beragam. Mungkin kalau naik kapalnya siang hari, foodhall ini pasti bakal jadi tempat favorit, menyantap makanan, sambil melihat pemandangan laut lepas di balkon resto. Beuh, berasa naik kapal pesiar. 

Mushalla bersih dan wangi | Dok. Pribadi

Dan terakhir adalah dek empat atau bagian kapal paling atas. Di sini ada area bermain, mushala dan mini bioskop. Yap benar, belum kelar rasa terkejut saya akan berbagai fasilitas baru di pelabuhan dan kapal ini, ada kejutan lain yang saya dapat. Kapal ini ada bioskopnya dong. Kalau mau nonton harus bayar sih, tapi enggak mahal karena cuma Rp5.000 saja, studio mininya berkapasitas sekitar 20 orang dan memutar film-film terbaik lokal dan Hollywood. Benar-benar deh ini fasilitas jempolan.

Poster di pintu masuk mini bioskop | Dok. Pribadi

Usai puas berkeliling saya balik ke ruangan Ber-AC di dek dua, masih ada waktu satu jam dari perjalanan total 2,5 jam untuk sampai di Bakauheni. Di ruangan ini, tadinya saya berniat nyender-nyender manja di kursi empuk sambil browsing-browsing atau sekedar buka instagram, tapi ternyata tidak ada sinyal. Saya coba aktifkan wifi, kali-kali aja kan ada kejutan lain berupa wifi, tapi sayangnya zonk, saya kurang beruntung kali ini. 

Yah, jadinya cuma nyender-nyender manja doang sambil nonton film Pride and Prejudice yang tengah diputar di layar. Romantis banget filmnya, tapi sayang, sebelah saya kakek-kakek, huft. 

Sekitar Pukul 02.20 WIB klakson kapal berbunyi, pertanda sebentar lagi sampai di Pelabuhan Bakauheni. Saya dan penumpang lain bergegas untuk meninggalkan ruangan dan bersiap menunggu di pintu keluar kapal. Tapi rasanya berat sekali meninggalkan kapal senyaman ini.

Jujur saja ini adalah kali pertama saya menikmati pelayanan dan fasilitas mewah di atas rata-rata di rute penyebrangan yang dikelola oleh PT.ASDP Indonesia Ferry. Sebelum-sebelumnya, satu tahun ke belakang kapal ferry yang saya tumpangi pasti selalu saja ada banyak kekecewaan, mulai dari ruangan yang pengap, sampah dimana-mana dan WC yang jauh dari kata bersih.

Tapi, ini berbeda, saya mendapat kejutan positif berulang-ulang, dimulai sejak di Pelabuhan hingga kapal yang saya tumpangi. Ah, terima kasih ASDP sudah mau berbenah dan meningkatkan kualitas, Semoga musim mudik 2018 ini pelayanan dan fasilitas tidak kalah baiknya dengan apa yang saya rasakan. Sekali lagi terima kasih.

Dan untuk pembaca artikel ini, jangan sungkan untuk naik Ferry baik di rute Merak-Bakauheni atau rute-rute lain. Dijamin deh kamu-kamu juga akan merasakan #AsyiknyaNaikFerry seperti saya. Yuk cus turun, kapal sudah merapat nih.

Salam, Acep Nazmudin 

Comments

Popular posts from this blog

Ada Pemakaman Keren Tersembunyi di Ancol, Lho!