PesonaRamadan2018: Byurrrrr, Ziarah Sambil Berendam di Wisata Alam Salakanagara Pandeglang, Banten


Sebagai kota yang terkenal dengan banyak tempat ziarah, Kabupaten Pandeglang menjadi salah satu rujukan wisata religi yang tersohor di Pulau Jawa. Kelasnya bukan lokalan lagi, tapi sudah dalam skala nasional karena banyak tempat yang lumayan terkenal, sebut saja, Makam Caringin, Cikadueun dan Batu Quran.

Bagi mereka yang getol ziarah ke sana kemari, coba ditanya, siapa yang tidak tahu dengan tempat-tempat tersebut, bisa jadi bahkan mereka sudah pernah datang setidaknya satu di antara tiga tempat itu. 

Di luar dari trio ziarah hits di Pandeglang tersebut, masih ada satu tempat yang kerap dilewati oleh para penziarah, padahal kalau ngomongin daya tarik, tidak akan kalah menarik dan umurnya lebih tua dari tiga tempat di atas, bahkan punya bonus istimewa, ziarah sambil berenang!

Awal Puasa lalu saya berkesempatan datang ke tempat yang punya nama resmi Kawasan Wisata Alam dan Sejarah Cihunjuran atau nama keren lainnya adalah Situs Benda Cagar Budaya Peninggalan Kerajaan Salakanagara  Cihunjuran (selanjutnya akan disebut Situs Salakanagara di dalam tulisan ini).


Lokasinya berada di lereng Gunung Pulosari, yang konon menjadi salah satu lokasi Kerajaan Salakanagara pada tahun 120 Masehi. Ini yang jadi daya tarik, karena terletak di lereng Gunung, kompleks cagar budaya ini menjadi tujuan wisata yang mengkombinasikan religi dan alam yang masih asri. Udaranya cukup sejuk dan ada punya banyak kolam jernih yang sumber mata airnya langsung dari perut bumi Pulosari, segar sudah pasti.


Dari berbagai tempat wisata di lereng Gunung Pulosari, Bisa jadi Situs Salakanagara ini lokasinya paling terpencil, dan jauh dari pemukiman penduduk. Tapi bukan berarti sulit diakses, dari jalan raya, jaraknya hanya sekitar 500 meter, kendaraan roda dua bisa masuk hingga setengah jaraknya, dan diparkir di rumah penduduk yang punya halaman luas. Sisanya adalah jalan kaki menyusuri pinggiran sawah, tapi tenang, tidak licin kok karena jalannya sudah dipaving block. 

Sepanjang jalan di pinggir sawah tersebut berderet saung-saung warung makan, tapi karena saya datang saat Ramadhan, tidak buka. Hanya menyisakan  saung-saungnya saja yang terbuka untuk Istirahat. Pun demikian di kompek Situs Salakanagara, terdapat sejumlah warung-warung makan hingga tempat sewa peralatan berenang, tapi karena saya datang saat Bulan Puasa, warung tidak buka sama sekali.


Menurut warga setempat yang saya temui, Situs Salakanagara ini bisanya ramai pada hari-hari biasa di luar Bulan Ramadhan, sementara saat Ramadhan bisa dihitung dengan jari peziarah yang datang. Sehingga, aktifitas juga libur termasuk tidak dikenakan tarif masuk. Penziarah akan mulai membludak lagi saat lebaran tiba.


Soal daya tarik di Situs Salakanagara seperti sudah disinggung sedikit di atas, mengkombinasikan dua wisata berbeda, Wisata Religi dan Wisata alam. Ini juga yang membuat pengunjung harus membayar tiket masuk Rp10 ribu untuk bisa masuk ke kawasan ini.




Menurut  informasi yang saya himpun dari berbagai sumber, salah satunya dari sini, makam di sini merupakan milik seorang tokoh bernama Wali Jangkung atau Angling Dharma dari Kerajaan Salakanagara. Dari berbagai literatur, Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa sejak 130 Masehi dengan peta kekuasaan di kawasan Banten Barat mulai dari Teluk Lada dekat Ujung Kulon hingga Gunung Pulosari.



Bukti dari adanya bekas Kerajaan Salakanagara di sini, adalah batuan menhir yang banyak tersebar di tengah kolam dan di area pendopo makam komplek Situs Salakanagara. Sayangnya enggak begitu banyak keterangan tertulis kalau itu adalah benda sejarah, benar-benar sangat disayangkan, padahal potensial banget buat mengungkap betapa kayanya sejarah budaya di Pandeglang bahkan Provinsi Banten.


Adanya kolam di kawasan ini menjadi daya tarik lain kenapa banyak yang ziarah ke sini, Karena selain ziarah, pengunjung juga bisa sambil berendam untuk menyegarkan tubuh. Abis ziarah, langsung ganti baju, byuuurrr, loncat ke kolam :D.



Airnya super jernih dan sangat dingin karena bersumber langsung dari Gunung Pulosari, Mangkanya enggak pernah surut walau saat kemarau sekalipun. Tapi sayangnya, di aliran pembuangan kolam banyak sampah bekas bungkus shampo sachetan. Saya curiga pengunjung berenang sambil keramas. Padahal di sana terpampang jelas pengumuman dilarang berenang sambil membilas dengan sabun dan shampo. Karena untuk keperluan itu disediakan kamar bilas khusus.


Jika sudah selesai berenang, keseruan lain masih bisa dilakukan di Situs Salakanagara ini, apalagi kalau bukan foto-foto. Ya, kelebihan lain tempat ini adalah lokasinya yang instagamable banget. Obyeknya adalah hamparan sawah dengan latar belakang tiga gunung yakni Pulosari, Aseupan dan Gunung Karang.


Ibu saya yang saya ajak buat menemani datang ke sini, tidak menyia-nyiakan pemandangan spektakuler ini. Ckrek,ckrak, ckrek, puluhan foto dengan berbagai gaya saya abadikan dengan kamera ponsel. Ibu saya jelas senang, karena hasil fotonya bakal dia upload ke Facebook. Ya gaes, ibu saya memang mak-emak gaul dan kekinian banget hehehe. Untungnya beliau enggak maen tik-tok di tengah sawah. 

Bagaimana caranya ke Situs Salakanagara?

Rute dengan kendaraan pribadi mobil atau motor:

Dari Alun-alun Pandeglang ambil arah ke Mandalawangi, Lokasinya berada dua kilometer setelah Pasar Pari Mandalawangi. Posisinya ada di kanan, tanpa papan petunjuk informasi. Paling baik, Tanya warga sekitar jika sudah berjalan sekitar 2 kilometer dari Pasar Pari.

Rute dengan angkutan Umum :

Dari Jakarta atau Serang naik bus jurusan Labuan, Asli Prima atau Murni. Minta turun di Pertigaan Mengger. Lanjut angkot hingga Pasar Pari, Mandalawangi. Teruskan dengan ojek, semua tukang ojek pasti pasti tahu lokasinya.

Tempat wisata di sekitar lokasi Situs Salakanagara:

Pemandian Cikoromoy, Situs Batu Qur’an, Wisata Alam Pulosari, atau jika diteruskan mengikuti jalan akan sampai di Pantai Carita sekitar 20 kilometer. 

Oh ya, artikel ini saya buat untuk memeriahkan PesonaRamadan2018 yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata melalui Generasi Pesona Indonesia atau Genpi. Untuk yang kepo apa itu Genpi, bisa kalian cari tahu di sini ya. 

Selamat Jalan-jalan gaes.. See ya.

Comments

Popular posts from this blog

Ada Pemakaman Keren Tersembunyi di Ancol, Lho!